Kebijakan Pengelolaan Air Tanah

Dasar Pemikiran
Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang ada di bumi sebagai karunia dari Tuhan.
Sumber daya air mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan mahluk hidup lainnya di bumi, karena tanpa air semua mahluk akan binasa. Air tidak hanya untuk keperluan air minum dan rumah tangga saja, tetapi dimanfaatakan juga dalam aspek kehidupan lainnya seperti pertanian, perkebunan, perumahan, industri, pertambangan, pariwisata dan lain-lain, bahkan sudah menjadi komoditas komersialSumber utama air berasal dari hujan yang turun ke bumi, dimana sebagian akan mengalir di permukaan tanah sebagai air permukaan dan sebagian lagi meresap ke dalam tanah membentuk air tanah. Air permukaan dan air tanah akan mengalir dari daerah yang lebih tinggi (daerah resapan) menuju ke daerah yang lebih rendah dan akhirnya ke laut, dalam perjalanannya, sebagian air tersebut akan menguap ke udara menjadi awan, kemudian jatuh kembali ke tanah sebagai hujan.Air tanah merupakan kebutuhan pokok hidup bagi semua makhluk hidup. Oleh karena itu, dalam  pengelolaannya  harus  dapat  menjamin pemenuhan kebutuhan yang berkecukupan secara berkelanjutan. Keberadaan air tanah mempunyai fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi. Oleh karena itu, pengelolaannya harus dapat menjamin kelestarian dan ketersediaannya secara berkesinambungan.

Latar Belakang
Air tanah terdapat di bawah permukaan tanah baik berada di daratan maupun di bawah dasar laut, mengikuti sebaran karakteristik tempat keberadaannya yaitu dalam lapisan tanah atau batuan pada cekungan air tanah (CAT). Yang dimaksud CAT adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung (Pasal 1 angka 12 UU No. 7 Tahun 2004).Keberadaan air tanah di Indonesia cukup melimpah, akan tetapi tidak di setiap tempat terdapat air tanah (CAT) tergantung pada kondisi geologi meliputi proses pengendapan dan struktur geologi yang berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan batuan serta curah hujan.Pengambilan air tanah dalam upaya pemanfaatan atau penggunaannya memerlukan proses sebagaimana dilakukan pada kegiatan pertambangan mencakup kegiatan penggalian atau pengeboran.

Dasar Pengelolaan Air Tanah
Pengelolaan air tanah didasarkan pada cekungan air tanah (Pasal 12 ayat (2) UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air. Cekungan air tanah di Indonesia meliputi:
  1. cekungan air tanah lintas negara, dikelola oleh Pemerintah Pusat
  2. cekungan air tanah lintas provinsi, dikelola oleh Pemerintah Pusat
  3. cekungan air tanah lintas kabupaten/kota, dikelola oleh Pemda. provinsi
  4. cekungan air tanah dalam satu kabupaten/kota, dikelola oleh Pemda.
kabupaten/kotaDalam pengelolaan air tanah berbasis CAT meliputi kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, pemantauan dan evaluasi.Berdasarkan hasil inventarisasi CAT yang dilaksanakan oleh DESDM, terdiri dari:
  1. Dalam kabupaten/kota  : 244 CAT (60 %)
  2. Lintas kabupaten/kota  : 139 CAT (30 %)
  3. Lintas provinsi : 34 CAT (9 %)
  4. Lintas Negara  : 4 CAT (1 %)
Landasan Kebijakan Pengelolaan Air Tanah
  1. Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan dan penghidupan rakyat Indonesia, mengingat fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup.
  2. Air tanah harus dikelola secara bijaksana, menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan.
  3. Pengelolaan air tanah secara teknis perlu disesuaikan dengan perilaku air tanah meliputi keterdapatan, penyebaran, ketersediaan, dan kualitas air tanah serta lingkungan keberadaannya.
  4. Pengelolaan air tanah wajib mengacu kebijakan pengelolaan air tanah pada cekungan air tanah, kebijakan ini mengacu pada UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air (SDA)
  5. Kebijakan pengelolaan air tanah ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
  6. Pengelolaan air tanah perlu diarahkan pada keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah yang terintegrasi dalam kebijakan dan pola pengelolaan sumber daya air.
  7. Kegiatan utama dalam pengelolaan air tanah yang mencakup konservasi dan pendayagunaan air tanah diselenggarakan untuk mewujudkan:
  • Kelestarian dan kesinambungan ketersediaan air tanah
  • Kemanfaatan air tanah yang berkelanjutan
Visi dan Misi Pengelolaan Air Tanah
Visi, Terwujudnya kelestarian, kesinambungan, ketersediaan, serta kemanfaatan air tanah yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Misi, Terlaksananya Konservasi, Pendayagunaan, Pemberdayaan dan peningkatan peran aparat dan masyarakat dan Peningkatan penyediaan data dan informasi 
Perizinan Penggunaan Air Tanah
Hak Guna Air terdiri dari hak guna pakai dan hak guna usaha.Secara prinsip izin hak guna air ini dikeluarkan oleh Bupati/Walikota sesuai kewenangannya, setelah memperoleh  rekomendasi teknis dari Menteri atau Gubernur sesuai kewenangannya. Hak Guna Pakai di peroleh tanpa izin, hak ini pada prinsipnya adalah untuk:
1. kebutuhan pokok sehari-hari dengan kriteria:
  • Penggunaan air tanah dari sumur bor dengan diameter < 2 inchi
  • Penggunaan air tanah dengan tenaga manusia dari sumur gali
  • Penggunaan air tanah kurang dari 100 m3/bulan per kepala keluarga
  • Penggunaan air tanah dari sumur bor dengan diameter < 4 inchi dengan pengambilan kurang dari 100 m3/bulan
2.Pertanian Rakyat, dengan criteria:
  • Pemakaian tidak lebih 2 liter/detik per kepala keluarga
  • Tidak mengganggu kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat setempat
  • Sumur di areal pertanian jauh dari pemukiman. 
Persyaratan Mendapatkan izin Penggunaan Air Tanah
Persyaratan untuk mendapatkan izin diperlukan persyaratan administrasi dan teknis.
1. Administrasi terdiri dari:
  • Identitas pemohon/akte perusahaan
  • Profil perusahaan
  • Nama dan alamat pemohon
2. Persyaratan Teknis, terdiri dari:
  • Peta lokasi dan situasi rencana pengelolaan
  • Rencana debit air yang akan dipakai
  • Dokumen ukl dan upl atau AMDAL
  • Informasi penggunaan air tanah yang sudah ada
Hak Pemegang Izin
  1. Melakukan pengeboran atau penggalian air tanah
  2. Memakai air tanah sesuai kebutuhan dalam izin
Kewajiban Pemegang Izin
  1. Membayar jasa pelayanan perizinan
  2. Memberi sebagian air tanah kepada masyarakat sekurang-kurangnya 10%
  3. Melaporkan jumlah air tanah yang dipakai
  4. Membayar pajak pemanfaatan air tanah
  5. Membangun sumur resapan
Berakhirnya Izin
  1. Habis masa berlakunya
  2. Izin dikembalikan
  3. Izin dicabut
Sumber: www.portal.djmbp.esdm.go.id
  1.  

Metode Eksplorasi

Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :

1.      Metoda langsung, terdiri dari :
a.      Metoda langsung di permukaan
b.      Metoda langsung di bawah permukaan
2.      Metoda tidak langsung, terdiri dari :
a.      Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain mengenai bed rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.
b.      Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara yaitu cara magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang digunakan), cara seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara listrik (resistifity), dua cara yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih jarang digunakan, hal ini disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya.
 

1.      Metoda Langsung

A.     Metoda Langsung Permukaan
Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
a.    Penyelidikan singkapan (out crop)
Singkapan segar umumnya dijumpai pada :
1.      Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai terjadi pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar
2.      Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami yang umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut gaya endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke permukaan bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan.
b.    Tracing Float (penjejakan)
Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita mulai melakukan pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai, tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang terletak jauh dibawah over burden.
c.    Tracing dengan Panning (mendulang)
Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral yang dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan lanjutan yaitu trencing atau test pitting.
Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan cara trenching atau test pitting.
-          Trenching (pembuatan parit)
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai.
Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan perlapisan, struktur tanah dan lain-lain.
-          Test Pitting (pembuatan sumur uji)
Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat bahwa pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan maka hal ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat menyulitkan kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang kita buat. Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan, kita harus dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian. Kedalaman sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.
 
B.      Metoda Langsung Bawah Permukaan
Eksplorasi langsung bawah permukaan dilakukan bila tidak ada singkapan di permukaan atau pada eksplorasi permukaan tidak dapat memberikan informasi yang baik, karena pada eksplorasi langsung permukaan, kedalaman maksimum yang dapat dicapai + 30 meter. Eksplorasi langsung bawah permukaan juga dapat dilakukan apabila keadaan permukaan memungkinkan untuk diadakan eksplorasi bawah permukaan, sebab apabila permukaan tidak memungkinkan, misalnya permukaan itu tergenang air atau tertutup bongkah batu yang tidak stabil, maka hal ini akan memberikan resiko yang besar jika dilakukan eksplorasi permukaan.
Dalam eksplorasi bawah permukaan ada hal-hal yang harus diperhatikan misalnya, pekerjaan harus berlangsung tetap didalam badan bijih, hal ini untuk memudahkan diadakan pengamatan dan proses sampling pekerjaan juga diusahakan dimulai dari daerah-daerah yang memiliki singkapan yang baik, karena dengan singkapan yang baik dapat memudahkan kita untuk menentukan strike atau dipnya, yang tidak kalah pentingnya yang harus diperhatikan adalah masalah biaya, dimana dalam pekerjaan eksplorasi ini biaya tidak boleh terlalu besar, hal ini bertujuan untuk menghindari adanya dana yang terbuang percuma jika nantinya eksplorasi yang dilakukan hasilnya mengecewakan.
Eksplorasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan membuat Tunel, Shaft, Drift, Winse dan lain-lain.
Tunnel   =   suatu lubang bukaan mendatar atau hampir mendatar yang menembus kedua kaki bukit.
Shaft      =   suatu lubang bukaan yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan karyawan serta alat-alat kebutuhan tambang, ventilasi dan penirisan.
Drift       =   suatu bukaan mendatar yang dibuat dekat atau pada endapan bijih yang arahnya sejajar dengan jurus atau dimensi terpanjang dari endapan bijihnya (dalam pengeboran).
Winze    =   lubang bukaan vertikal atau arah miring yang dari “level” ke arah “level” yang dibawahnya.
Eksplorasi bawah tanah juga dapat dilakukan dengan pengeboran inti. Pengeboran sumur minyak yang pertama dilakukan oleh Kol. Drake pada tahun 1959 dengan menggunakan bor (RIG) permanen (tidak dapat dipindah-pindah) dan pada pengeborannya menggunakan sistem perkusif (tumbuk), pada pengeboran ini kedalaman maximum yang dapat dicapai adalah 60 ft (+ 20 m) dengan bor lurus (vertical drilling).
Saat ini pengeboran dilakukan dengan teknik bor putar (rotary drilling) dengan menara bor yang dapat dipindah-pindah (portablering) dan dilakukan dengan beberapa cara pengeboran yaitu dengan cara perkusif, rotasi atau dengan perkusif-rotasi. Pemboran dapat dilakukan di darat maupun di laut (on shore atau off shore). Pemboran tidak terbatas pada pemboran decara vertikal saja tetapi dapat dilakukan secara miring (kemiringan dapat mencapai 90o), apabila saat pengeboran kita menemukan batuan yang keras dan susah ditembus oleh mata bor, maka dengan teknologi sekarang, pipa yang berada jauh di dalam tanah dapat dirubah arahnya (dibelokkan) untuk menghidari batuan yang keras tersebut.
Pengeboran yang dilakukan pada eksplorasi bertujuan untuk mengambil contoh (sampling) untuk diamati, pengeboran juga bisa bertujuan untuk produksi atau konstruksi (misalnya air tanah, minyak bumi) dan pemboran dapat juga untuk memudahkan proses peledakan (pada kegiatan penambangan material keras). Dari data pengeboran dan sampling kita dapat membuat peta stratigrafi daerah pengeboran. Dari peta ini kita dapat mengetahui susunan batuan dan ketebalan cadangan dan akhirnya kita dapat memperkirakan besar cadangan secara keseluruhan.
 

2.      Metoda Tidak Langsung

A.     Metoda tidak langsung cara geofisika
Geofisika merupakan disiplin ilmu atau metoda untuk memperkirakan lokasi akumulasi bahan/tambang dengan cara pengukuran besaran-besaran fisik batuan bawah permukaan bumi. Metoda yang dapat dilakukan eksplorasi geofisika diantaranya :
a.      Metoda Gravitasi
Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi sebagai salah satu benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya. Kalau sebuah bandul digantung dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut akan merengganng akibat bandulnya mengalami gravitasi, di tempat yang gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di tempat yang gravitasinya besar maka regangan tadi juga lebih besar. Dengan demikian dapat diperkirakan bentuk struktur bawah tanah dari melihat besarnya nilai gravitasi dari bermacam-macam lokasi dari suatu daerah penyelidikan.
Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter, yaitu suatu alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar “torsion balance”, maupun bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di berbagai lokasi pada suatu daerah penyelidikan. Gaya gravitasi bumi dipengaruhi oleh besarnya ukuran batuan, distribusi atau penyebaran batuan, dan kerapatan (density) dari batuan. Jadi kalau ada anomali gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur tertentu, seperti lipatan, tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar, meskipun tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena adanya anomali gravitasi.

b.      Metoda Magnetik
Bumi adalah suatu planet yang bersifat magnetik, dimana seolah-olah ada suatu barang magnet raksasa yang membujur sejajar dengan poros bumi. Teori modern saat ini mengatakan bahwa medan magnet tadi disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada inti bumi. Setiap batang magnet yang digantung secara bebas di muka bumi. Di setiap titik permukaan bumi medan magnet ini memiliki dua sifat utama yang penting di dalam eksplorasi, yaitu arah dan intensitas.
Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang intensitas dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi secara normal memiliki intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada permukaan bumi. Bijih yang mengandung mineral magnetik akan menimbulkan efek langsung pada peralatan, sehingga dengan segera dapat diketahui.
Metoda eksplorasi dengan magneti sangat berguna dalam pencarian sasaran eksplorasi sebagai berikut :
-        Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
-        Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
-        Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit sebagai mineral ikutan
-        Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit dalam jumlah cukup
-        Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan beku yang mengandung mineral magnetik.

c.       Metoda Seismik
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi banyak dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau getaran buatan dibuat dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3 meter dari permukaan bumi dan kecepatan merambatnya getaran yang terjadi diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan getaran tersebut pada perlapisan-perlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat penerima getaran yang disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara teratur di sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat diketahui kecepatan rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan batuan. Dengan demikian konfigurasi struktur bahwa permukaan dapat diketahui. Gelombang akan merambat dengan kecepatan yang berbeda pada batuan yang berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima gelombang yang dipantulkan kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut.
Cepat rambat gelombang seismik pada batuan tergantung pada :
1.      Jenis batuan
2.      Derajat pelapukan
3.      Derajat pergerakan
4.      Tekanan
5.      Porositas (kadar air)
6.      Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)
H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat gelombang akan lebih besar (dibandingkan) :
1.      Batuan beku basa                            :   batuan beku asam
2.      Batuan beku                                    :   batuan sedimen
3.      Sedimen terkonsolidasi                   :   sedimen un-konsolidasi
4.      Sedimen unkonsolidasi                    :   sedimen un-konsolidasi
5.      Soil basah                                        :   soil kering
6.      B. sedimen karbonat                       :   batupasir
7.      Batuan utuh                                     :   batuan terkekarkan
8.      Batuan segar                                   :   batuan lapuk
9.      Batuan berat                                   : batuan ringan
10.  Batuan berumur tua                        : batuan berumur muda

d.      Metoda Geolistrik
Dalam metoda ini yang diukur adalah tahanan jenis (resistivity) dari batuan. Yang dimaksud dengan tahanan jenis batuan adalah tahanan yang diberikan oleh masa batuan sepanjang satu meter dengan luas penampang satu meter persegi kalau dialiri listrik dari ujung ke ujung, satuannya adalah Ohm-m2/m atau disingkat Ohm-meter.
Dalam cara pengukuran tahanan jenis batuan di dalam bumi biasanya dipakai sistem empat elektrode yang dikontakan dengan baik pada bumi. dua elektrode dipakai untuk memasukan arus listrik ke dalam bumi, disebut elektrode arus (current electrode) disingkat C, dan dua elektrode lainnya dipakai untuk mengukur voltage yang timbul karena arus tadi, elektrode ini disebut elektrode potensial atau “potential electode” disingkat P. ada beberapa cara dalam penyusun ke empat elektode tersebut, dua diantaranya banyak yang dipakai adalah cara Wenner dan cara Shlumberger.
 
B.      Metoda tidak langsung cara geokimia
Pengukuran sistimatika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements) pada batuan, tanah, stream, air atau gas.
Tujuannya untuk mencari anomali geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur yang kontras terhadap lingkungannya atau background geokimia.
Anomali dihasilkan dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada zona mineralisasi. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok antara satu titik atau batuan dengan titik lainnya.
Pada dasarnya eksplorasi jenis ini lebih cenderung untuk menentukan perbedaan mendasar (anomali) unsur-unsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari. Proses untuk membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.
 
C.      Gabungan keduanya
Yaitu eksplorasi cara langsung dan eksplorasi tidak langsung.
Setelah mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota serta apa-apa yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :
a.    Pemilihan anggota tim atau tenaga ahli
1.    Geologist
2.    Geophysist
3.    Exploration Geologist
4.    Geochemist
5.    Operator Alat, dll
b.    Rencana biaya
c.    Pemilahan waktu yang tepat
d.    Penyiapan peralatan atau perbekalan
-     Peta dasar
-     Alat surveying, ukur atau GPS
-     Alat kerja :             1. Palu                                       5. Alat geofisika
2. Kompas                                 6. Alat sampling
3. Meteran                               7. Altimeter
4. Kantong sampel                    8. Alat bor dll
-     Alat tulis
-     Alat komunikasi
-     Keperluan sehari-hari
-     Obat-obatan atau P3K
e.    Sesampai di lapangan :
1.    Membuat base camp (perkemahan)
2.    Mencek peralatan atau perbekalan
3.    Melakukan quick survey di daerah penelitian untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut
4.    Menentukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan sebenatnya (bila perlu)


Sumber: Bahan Ajar Diklat Metode Eksplorasi Minerba (Pusdiklat Geologi Bandung, 2012)

Sekilas tentang Tambang Emas Cibaliung

Informasi  Umum


Resources emas yang dimiliki Tambang Emas Cibaliung diperkirakan sebesar 1,5 juta wmt bijih emas dengan kadar rata-rata 9,8 gr emas per ton, dengan umur tambang diperkirakan selama 6 tahun, dengan maksimum produksi 70.000 Toz (2.000 kg) emas

Tambang bawah tanah dengan Decline Access dan metode penambangan mekanis “cut and fill” dan “undercut and fill”. Gold prosesing dengan CIL proses
 
Saat ini CSD dalam Tahap Komersial Production, peleburan pertama (percobaan) tanggal 13 Mei 2010 dengan hasil bulion seberat 22,2 kg dengan kadar + 15 % Au.

Pengoperasian Tambang Emas Cibaliung diresmikan oleh Gubernur Banten pada tanggal 26 Mei 2010 dan Total Produksi Emas Tahun 2011 sebesar 679.2Kg dan Perak sebesar 3,911.9Kg

Kemajuan terowongan sampai akhir 2010 telah mencapai 3.074,1 m dari rencana 9.678,2 m. Kegiatan penambangan terowongan akan berakhir pada tahun 2017, apabila tidak ditemukannya cadangan baru.

Kegiatan pemboran dalam kawasan IUP Operasi Produksi terus dilakukan untuk menemukan cadangan baru guna menambah umur operasional Tambang Emas Cibaliung


Lokasi Tambang Emas Cibaling

Tambang emas Cibaliung terletak di ujung Barat Daya Pulau Jawa, di sebelah Timur Taman Nasional Ujung Kulon dan secara administratif berada di wilayah Desa Mangku Alam - Padasuka Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandedglang

Lokasi tambang berjarak ± 197 km dari Jakarta dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat selama ± 4 jam perjalanan melalui jalan beraspal menuju Kecamatan Cibaliung dan Cimanggu

Kondisi topografi daerah tambang dan sekitarnya pada umumnya bergelombang (undulating) sampai berbukit dengan kisaran ketinggian 30-300 m di atas permukaan air laut. Perbukitan yang lebih tinggi terletak di sebelah Barat lokasi proyek (di luar WIUP) yaitu Gunung Honje ± 620 m yang masuk dalam Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Sebagian besar sungai mengalir ke arah selatan menuju Samudera Hindia dan hanya sebagian kecil sungai mengalir ke arah Barat Laut yang bermuara di Selat Sunda

Seperti kebanyakan daerah di Indonesia, daerah Tambang Emas Cibaliung memiliki dua musim utama, yaitu musim penghujan yang berlangsung dari bulan Oktober sampai bulan Maret dengan kisaran suhu 25-30 derajat celcius dan musim kemarau berlangsung dari bulan April sampai bulan September dengan kisaran suhu 30-32 derajat celcius


Geologi Tambang Emas Cibaliung

Tambang Emas Cibaliung terletak di bagian tengah dari busur magmatik Sunda-Banda yang berumur Neogene. Batuan asal (host rock) pembawa bijih emas-perak adalah batuan Honje Volcanic dengan umur Akhir Miosen yang diterobos oleh subvolcanic andesit-diorit berupa "plug" atau "dike" dan kadang terpotong oleh "diatreme breccia". Menumpang tidak selaras di atas batuan asal ini berupa dacitic tuff, sediment muda, dan aliran lava basalt yang berumur Miosen Kuarter

Secara struktur geologi, prospek emas di Cibaliung terletak dalam koridor struktur yang berarah Barat-Barat Laut dengan lebar 3,5 km dan panjang 6 km. Dua struktur arah Utara-Barat Laut yang kaya cadangan emas dengan posisi relatif tegak sebagai sistem urat kuarsa, adalah Cikoneng di sebelah Utara dan Cibitung di sebelah Selatan yang berjarak 400 m. Tubuh yang kaya cadangan emas ini memiliki ukuran tebal 1-10 m, panjang 140-200 m, kedalaman sampai lebih 300 m dan masih menerus ke bawah. Tubuh yang kaya cadangan emas Cikoneng-Cibitung ini berupa "dilational jogs" dan "sigmoid bends" yang terbentuk dari perpotongan patahan Barat-Barat Laut, Utara-Barat Laut, dan Utara-Timur Laut. Bijih emas dan perak di Cikoneng-Cibitung terjadi oleh beberapa fase urat kuarsa "low sulfidation adularia-sericite" dalam sistem epitermal

Terdapat 2 group Gold Deposit di P. Jawa
1. Low-sulphidation ephitermal veins, seperti : Pongkor, Cikidang-Ciawitali, Cisolok, Cibaliung
2. Transitional ephitermah-mesothermal vein breccia, seperti : Cirotan, Cikotok, Cisungsang, Lebak Sembada


Pengelola Tambang Emas Cibaliung


Pengelola Tambang Emas Cibaliung adalah PT. Cibaliung Sumberdaya (PT. CSD), adalah anak perusahaan PT. Aneka Tambang Tbk. (Antam) dengan kepemilikan saham sebesar 99,15% dan 0,85 Antam Resourcindo (ARI). Dalam perjalanannya mengelola Tambang Emas Cibaliung ini mengalami beberapa fase kerjasama, yaitu :

  1. 1996-1999, PT Antam dengan patner Palmer Resource Ltd (Kanada), PT Sitrade Nusaglobus.
  2. 1999-2008, PT Aneka Tambang dengan patner Austindo Resource Corporation NL (“ARX”), membentuk perusahaan PT.CSD dalam pelaksanaanya
  3. 2009 – sekarang, PT Aneka Tambang, memiliki saham 99.15% pada PT. CSD, setelah mengakuisisi saham kepemilikan dari Austindo Resource Corporation NL (“ARX”), pada bulan Juli 2009. Pengoperasian Tambang emas Cibaliung dilakukan oleh PT. Cibaliung Sumberdaya, sebagai anak perusahaan Antam tbk.
  4. 01 Nopember 2010 – sekarang, penyerahan IUP Operasi produksi dari PT. Aneka Tambang Tbk. kepada PT. Cibaliung Sumberdaya. SK Bupati  Pandeglang No. 541/118-BPPT/XI/2010 tanggal 01-11-2010, berlaku hingga 28-07-2015

Kegiatan Pertambangan Bawah Tanah












Hasil akhir Pabrik Pengolahan adalah Dore Bullion yaitu logam yang mengandung emas - perak dan mineral pengikut lainnya. Selanjutnya Dore Bullion dikirim ke Logam Mulia di Jakarta untuk dilakukan pemurnian emas dan perak. Logam Mulia merupakan salah satu Unit Bisnis dari PT Antam (Persero) Tbk, adalah satu-satunya pemurnian emas dan perak di Indonesia










Tenaga Kerja





Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Eksplorasi Sumber Daya Mineral

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Pusat Pendidikan dan Pelatihan Geologi Bandung bekerjasama dengan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten kembali menyelenggarakan acara Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Eksplorasi Sumber Daya Mineral.

Seperti kata pepatah "tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat", mensiratkan bahwa dalam rangka meningkatkan kompetensi diri tidak mengenal waktu dan usia. Demikian pula halnya dengan aparatur pemerintah daerah, upaya meningkatkan kompetensi dalam hal pengawasan eksplorasi harus terus ditingkatkan dan terus digali.

Dengan tingkat kompetensi yang tinggi diharapkan konflik yang sering kali terjadi di lapangan dapat diminimalisir. Konflik sering kali terjadi karena ketidakmampuan atau keterbatasan wawasan aparatur di lapangan tentang aturan atau regulasi di bidang usaha pertambangan mineral. Sebagai contoh pernah terjadi masyarakat berdemo menuntut kepada perusahaan pertambangan dimana menurut masyarakat perusahaan dimaksud belum mengantongi perizinan amdal, padahal perusahaan tersebut baru dalam tahap eksplorasi yang notabene cukup dengan dokumen UKL/UPL, demikian salah satu point yang disampaikan oleh Kepala Pusdiklat Geologi Bandung pada acara pembukaan acara Diklat Pengawasan Eksplorasi Sumber Daya Mineral yang dilaksanakan pada tanggal 4 April 2012 di Hotel Le Dian Serang

Pada kesempatan itu Kepala Pusdiklat Geologi Bandung juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten beserta jajarannya atas upaya yang telah dilakukan dalam memfasilitasi penyelenggaraan diklat ini khususnya maupun diklat-diklat lainnya yang telah dilaksanakan.

Penyematan Tanda Peserta pada Acara Pembukaan Diklat

Sementara itu Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten dalam sambutannya menyampaikan beberapa hal yang diantaranya mengharapkan semoga pelaksanaan diklat ini dapat berjalan sesuai dengan harapan dan mendapat berkah dari Allah SWT. Banyak permasalahan-permasalahan di bidang pertambangan yang terjadi di Provinsi Banten dari mulai permasalahan yang sederhana sampai ke permasalahan yang komplek. Persoalan aktivitas pertambangan yang tidak atau belum ramah lingkungan sampai kepada persoalan rusaknya infrastruktur akibat mobilitas sumber daya pertambangan. Diharapkan dengan adanya diklat ini ke depan resiko yang terjadi akibat aktivitas pertambangan dapat dikurangi.

Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Eksplorasi Sumber Daya Mineral ini dilaksanakan selama 13 hari dimulai dari tanggal 3 - 16 April 2012, yang diikuti oleh 20 orang perserta aparatur pemerintah daerah sebagai wakil atau utusan dari instansi di Kabupaten/Kota se Provinsi Banten yang menangani urusan bidang pertambangan. Metode pembelajaran dalam diklat ini terdiri dari 50% berupa ceramah dan diskusi di kelas dan 50% berupa praktek lapangan. Praktek lapangan dilaksanakan di lokasi pertambangan emas PT. Cibaliung Sumber Daya Kabupaten Pandeglang dengan lokus unit eksplorasi yang di kerjakan oleh unit Geomin PT. Aneka Tambang

Materi dan kurikulum yang disampaikan sesuai sasaran diklat terdiri dari :
  • Regulasi Pertambangan
  • Geologi Umum
  • Genesa/Tipe Endapan Mineral
  • Eksplorasi Sumber Daya Mineral
  • Estimasi dan Perhitungan Cadangan Sumber Daya Mineral
  • Amdal dan K3
  • Evaluasi Pengawasan Eksplorasi
  • Laporan Pengawasan Eksplorasi

Adapun pengajar atau widyaiswara yang menjadi narasumber pada acara diklat ini adalah narasumber yang berasal dari Pusdiklat Geologi Bandung, Pusat Sumber Daya Geologi, dan Universitas Islam Bandung

Penjelasan tentang Proses Pengolahan Bijih sampai menjadi Bulion



Penjelasan tentang bahan2 dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan tunnel

Peserta Diklat berfose di depan Portal Cikoneng